Sabtu, 12 Maret 2016

Hujan Februari di Kotamu

Gerimis menyambutku pulang ke kotamu
Siang itu,
menjadi begitu membuncah rinduku
Melewati jejak-jejak jalanan kartosuro ke selatan
Demikian sampai melampaui perbatasan

Kota itu...
Bagiku adalah rumah
Sebab di sana kutemukan asaku bersemayam
Kudapati jiwaku tumbuh dan menemukan jati dirinya

Lalu, siang itu...
Perbincangan menjadi sangat melegakan
Dalam gelak tawa didominasi kenangan dan perjuangan
Masa-masa sulit dulu yang sekarang kita tertawakan
Peluh dan tangis masa lalu,
Menjadi kumpulan rasa yang menarik diperbincangkan

Kawan-kawanku...
Seperjuangan di jalan tuhan
Senasib sepenanggungan di tanah singgah
Aku bahagia bertemu kembali dengan kalian
Di bawah atap rumah singgah
yang kini sudah bisa benar-benar disebut rumah

Awal februari kala itu...
Gerimis masih terus jatuh dari langit
Seiring mimpi dan harap yang semoga akan terus membara terpelihara
Terima kasih, Klaten
Aku akan selalu pulang ke kotamu
Selalu...

Sabtu, 05 Maret 2016

Catatan kecil dari perjalanan Rumah Singgah Klaten

Hidup di jalanan itu keras, Bung.

Mungkin, seperti itulah yg dialami Yn, salah satu binaan kami di Rumah Singgah Klaten pasca melahirkan anaknya, setelah mengalami kekerasan seksual oleh pria tak bertanggung jawab.

Ia, perempuan yang dibesarkan di jalan. Ketika kami mencoba mencarikan perlindungan di ****, umur yang membatasi sebab ia tak lagi dikategorikan sebagai Anak.

Kemarin, persalinannya yang didampingi oleh pengawas rumah singgah awalnya berjalan normal. Sayangnya ia mengalami kekurangn darah sehingga membutuhkan transfusi. Kami mencarikan darah lewat PMI, sayangnya kami sama sekali tak punya uang untuk membayar kantong-kantong darah.

Karena kemuliaan hati petugas pmi, dan kami kepercayaan karena kami telah sering kerjasama dgn PMI dlm berbagai kegiatan, maka kami diijinkan mengambil darah trlebih dahulu, bayar belakangan...

 Alhamdulillah, berkat bantuan para donatur, urusan darah telah tercover. Biaya RS jg telah disanggupi akan ditanggung oleh Jaminan kesehatan daerah. Terima kasih sebesar-besarnya.

Sabtu, 20 Februari 2016

Hari itu di sekolah

Hari itu di sekolah
Tes uji coba UN telah selesai,
tapi hari masih panjang
Anak-anak sengaja tak diperbolehkan pulang

Hari itu di sekolah,
udara pengap dan listrik padam
membuat orang-orang kian banyak mengeluh

Tapi, hari itu di sekolah
seorang bocah lelaki menemui wali kelasnya
meminta izin untuk pulang lebih awal

Di luar nyaris hujan
ada gabah setengah kering, hasil panen musim ini
minta untuk segera diangkat

Bapak di rumah sedang 'mboten waras'
Terserang stroke, entah sejak kapan
Ibu, kehadirannya sudah lama tidak ia rasakan
tapi itu tak masalah
sebab kepergian Ibu mencari nafkah tidaklah mudah
soal perantauan itu tidak perlu ia berkeluh kesah
sebab akan ada uang lebih yang ibu bawa saat pulang nanti

Sementara gabah-gabah makin resah
Harus ditepikan sebelum hujan datang
sang anak menantikan anggukan wali kelasnya tanda setuju

Anak itu,
bocah lelaki dengan tawanya yang lebar
kulitnya yang hitam bekas sengatan matahari membakar
anak itu bukan bocah yang minder lantaran tak punya
dia, hanya siswa biasa di sekolah pinggiran yang kadang dipandang sebelah mata


Dia adalah anak lelaki yang berteriak As* atau Ma*amu saat berbalas gurauan dengan sebayanya

Selasa, 27 Januari 2015

selftalk

Gerimis belum habis.
Kusesap kehangatan lewat secangkir kopi. Tapi buru- buru kusudahi atas nama kontraindikasi. Ujung januari, tapi aku masih gamang pada hidupku sendiri. Kuusap titik-titik air pada ujung rambutku. Sisa air setelah membersihkan tubuh usai menangani pasien. Lelah? Bukan saatnya berkeluh kesah. Seonggok pil, tablet, diiringi salep, povidon, dan kassa. Aku merebahkan tubuh. Menyingkap setiap sel dan syaraf yang mengaduh mengeluh. Sisa hantaman roda jalanan. Sakit? Bukan waktunya berkelit.

Ah ya, tentu saja di hadapan orang-orang aku harus nampak berstamina. Mendengarkan keluhan, mengiyakan permintaan, menangani kesakitan. Meski aku sendiri tertatih, menahan pedih, menutup diri dari belas kasih.

Dari mana bisa kubedakan profesionalitas atau kepalsuan?

Tapi semua, mendadak tumpah malam ini. Dalam rinai gerimis yang kuharap melenyapkan setiap perih. Nyala laptop bercahaya manja memintaku menjentikkan jari-jari pada keyboardnya namun aku tak kuasa. Pada sendi-sendi tubuh yang mendayu manja ingin istirahat namun tak bisa. Pandanganku sejenak berputar. Pikiranku berpendar. Lalu tetes air mata terjatuh tanpa sadar.

Ah entah apa yang kutangisi? Sakit yang tidak terperi? Hidup yang entah bagaimana harus kujalani? Atau hatiku yang teriris oleh sepi...

Januari, malam itu di sudut kamarku.

Senin, 19 Januari 2015

Tentang Perempuan

Hati seorang perempuan itu kadang seperti sebuah gelas kaca. Ketika engkau memecahkannya, tidak akan dapat lagi engkau rangkai sempurna...

Kalbu perempuan itu kadang seperti kapas. Putih suci, namun sekali engkau menodainya akan sulit baginya untuk lupa...

Mulut perempuan itu kadang seperti bisa. Cair, tak banyak, namun mematikan.

Kadang aku jengah. Kadang aku enggan. Tak ingin banyak-banyak urusan tentang perempuan.

Mungkin lebih menyenangkan, bila beranggapan dari sudut pandang pria.
Tak perlu sakit hati karena setiap manusia punya kemampuan melupakan.
Tak usah berpikir susah karena setiap jiwa punya kemampuan mengabaikan.

Namun soal naluri dan perasaan itu memang tidak bisa aku elakkan
Aku pun perempuan.

Iya, hatiku kadang juga seperti gelas kaca yang tak bisa kembali sempurna bila kau pecahkan. Kalbuku juga kadang luka seperti kapas yang kau tuang noda. Bicaraku kadang seperti bisa yang menuai derita.

Iya, kadang aku menangis dalam sendiri.
Kadang aku bisa sangat mudah merasa terlukai.

Ah, sudahlah.
Mungkin memang benar bahwa perempuan itu sulit dipahami.
Begitu juakah aku bagi engkau yang mengetahui?

Minggu, 28 Desember 2014

untitled story

Malam itu seusai shalat isya di Asrama Dahlia Barat aku mengenakan jaket dan bersiap pergi. Aku bercermin dan berkata dalam hati. Tempat ini memang sudah banyak berubah tapi tidak ada salahnya aku masih tetap aktif untuk kegiatan non akademik yang berhubungan dengan kampus ini.  Lamunanku tersadar saat adik tngkatku, ketua HMJ Kebidanan periode itu datang ke kamarku.

“ Ayo, Mbak Trias kita berangkat. Teman – teman dari Unwidha sudah menunggu kita.”
Aku pun segera  memakai helm dan pergi bersamanya menuju tempat yang telah kami bicarakan. Aku pikir kami akan menuju ke aula yang biasa dipakai untuk rapat seperti saat dulu, di gedung D kampus Unwdha. Tapi  ternyata aku salah. Kami menuju ke markas KSR, Korps Suka Rela. Di situlah untuk pertama kalinya aku bertemu dengan mereka,  orang – orang yang belum pernah kutemui sebelumnya. Organisasi yang sama, tapi dengan orang – orang yang jauh berbeda. 

Dulu, sektar tiga tahun yang lalu, aku ikut duduk satu meja dengan mahasiswa lainnya untuk membahas organisasi ini, FKMK;  Forum Komunikasi Mahasiswa Klaten. Tapi tidak dengan kondisi seperti kali ini. Dulu kami duduk bersitegang di aula, membahas pembentukan organisasi ini beserta agendanya. Dan aku, entah bagaimana waktu itu merasa menjadi orang yang paling terintimidasi karena statusku sebagai mahasiswa kesehatan semester awal  yang belum paham apa – apa tapi seolah dipaksa untuk memimpin kegiatan sosial yaitu pengobatan gratis dan penyuluhan kesehatan bagi korban pengungsi letusan gunung Merapi, waktu itu, akhir tahun 2010.  Aku merasa ini organisasi yang tidak sehat, memaksa, dan tidak saling bersahabat antar anggotanya. Aku jengah dan menjadi orang pertama yang meninggalkan panji yang belum tegak berdiri itu tanpa sedikitpun niat ikut memperbaikinya.

Tapi berbeda dengan malam ini, kami duduk dalam kebersamaan di tempat terbuka, dan entah mengapa aku merasa cukup dihormati, mungkin karena aku sedikit lebih tua dari beberapa orang di antara mereka. Atau mungkin karena aku bersedia melakukan hal – hal yang bermanfaat bersama mereka.

Dan sejak saat itulah, kehidupanku berubah. Aku bersahabat dengan mereka, membangkitkan organisasi dengan tujuan mulia yang sudah lama tertidur pulas. Berlandaskan niat baik, dan agenda – agenda nyata.  Mulai dari merancang seminar nasional dengan salah satu pembicara ternama, Bapak Anies Baswedan. Kemudian kami mulai fokus dengan kegiatan sosial yaitu rumah singgah Klaten. Banyak kegiatan lain yang kadang antar anggota pun saling pro kontra seperti kegiatan demonstrasi menentang korupsi dan sebagainya,  aksi solidaritas terhadap mahasiswa yang terjerat UU ITE dan masih banyak lagi. 

Aku, secara pribadi tdak melulu 100% setuju dengan setiap kegiatan FKMK, tapi aku 100% yakin bahwa aku sangat beruntung mengenal mereka. Mereka adalah orang – orang hebat yang terbalut dalam kesederhanaan dan persaudaraan. Terutama kawan – kawan FKMK yang aktif berkecimpung di Rumah Singgah Klaten.

Mereka selalu membuatku iri karena mereka telah banyak berbuat, sedangkan aku belum. Mereka membuatku terinspirasi karena bukan hanya meluangkan waktu, tenaga, tapi juga ide, kreativitas, dan tawa tulus untuk rumah singgah yang kini makin berkembang tahap demi tahap. Persahabatan, kekeluargaan yang mereka berikan adalah hal yang sangat mahal yang bisa aku dapatkan. Aku, orang yang sok perfeksionis, arogan, dan penyedih, namun mendapatkan persahabatan yang tulus yang selalu mendorongku untuk selalu lebih banyak berbuat dan bermanfaat. Sejak saat itulah, aku mencintai Kota itu. Kota Klaten. 

Terima kasih kawan – kawan FKMK! Aku akan selalu mengingat lagu yang dinyanyikan hari itu sebagai pelecut semangat kita, generasi muda yang berjanji akan terus berjuang, akan terus berbuat, akan terus mengabdi pada tanah ini, pada negeri ini, Darah Djoeang:

Di sini negeri kami, tempat padi terhampar,
Samuderanya kaya raya, negeri  kami subur Tuhan
Di negeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah, pemuda desa tak kerja
Mereka terampas haknya, tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami, padamu kami mengabdi
Bunda relakan darah juang kami, padamu kami berjanji…

Selasa, 18 Februari 2014

Entah berdebu dalam sembilu
Atau apapun itu
Buatku, Klaten lebih dari sekedar persinggahan semu
Bukankah di situ tempatku mengais ilmu?

Banyak hal yang kudapatkan di sana
Ketika kesendirian menguji hati dan rasa
Dan persahabatan mengajarkan banyak hal tentang manusia
dengan segala perbuatannya

Dalam keremangan hasrat dan penat
Satu makna coba aku ungkap
Bahwa dari sekian detik aku belajar dan mencoba
Tidak akan ada yang sia - sia
Dalam setiap cobaan kehidupan
Akan selalu ada derajad yang ditingkatkan

Selama ucap syukur mengisi hari - hari
Dan niat belajar itu teguh terpatri dalam hati
Hari ini aku jalani
Esok akan kutuai hasil pencarian ini...

Februari, 2014.

Sabtu, 30 November 2013

Coretan dari balik dinding asrama..



Aku sedang iseng membuka notebook dan mencari-cari data lama yang mungkin masih bisa kumanfaatkan untuk penelitianku mendatang. Dan tiba – tiba aku menemukan ini. Tulisan ini. Tulisan yang aku buat di hari dimana aku telah selesai menjalani sidang tugas akhirku saat kuliah D3 Kebidanan di Politeknik Kesehatan Surakarta. Malam itu, di koridor Asrama Wijaya Kusuma, sekitar pukul 23.00 wib asrama sudah dalam kondisi sepi. Aku mematikan tv dan mulai menuliskan coretan-coretan ini…..

Coretan dari balik dinding asrama..
Sunyi malam kali ini, membuat aku berpikir sedikit terlampau jauh. Akankah begini asrama ini minggu depan, bulan depan, tahun depan, dan berpuluh – puluh tahun lagi? Senyap tanpa ada canda tawa di depan tv dengan sekian banyak pasang mata bersitegang menyaksikan pertandingan Indonesia VS Malaysia, ataupun berkomentar nggak penting tentang anang-ashanti sambil nonton Smash di Inbox. Dan kali ini aku bergeming di sini, bukan untuk download video korea tapi terdiam menyadari bahwa banyak hal yang sudah kita lalui di tempat ini.
Teman, tanpa disadari sudah makin jarang jarkom singgah tak diundang di hape kita. Makin sedikit antrian mandi karena sebagian kawan memilih pulang setelah usai sidang sementara yang lain masih galau mengatur jadwal ujian. Dan tumpukan handout yang berserakan pasrah menunggu kita bawa ke rumah masing – masing. Begitu juga asrama ini seolah bergeming kokoh siap kita tinggalkan dalam keadaan kosong sebagaimana kita datang dulu..
Mungkin kita hanya satu dari sekian banyak periode mahasiswa yang menetap di asrama ini. Dan mungkin akan sama saja dari tahun ke tahun dengan penghuni yang datang pergi silih berganti. Membawa masing – masing kisah yang disaksikan tembok tua yang sudah lelah menyimpan semua beban yang kita lampiaskan. Tapi buatku, kalian adalah penghuni luar biasa yang singgah dalam kehidupanku..
Teman, aku bahkan sudah kangen sama kalian jauh sebelum kalian pergi…
Terima kasih telah mengajarkan kedewasaan dalam kehidupanku.
Terima kasih telah menguatkan rapuhnya hati yang kadang mengingkari semua kepahitan hidup
Terima kasih untuk bahu yang selalu ada saat aku butuh bersandar
Maaf untuk semua cacat cela yang pernah ada..
Terima kasih..




Tidak terasa sudah lebih dari setahun kita berpisah ya teman- teman. Doaku untuk kalian, mantan mahasiswa poltekkes Surakarta jurusan kebidanan angkatan 2009. Semoga kalian, termasuk aku, sukses di jalan kita masing – masing! Suatu saat nanti kalau kalian sudah sukses aku akan dengan bangga mengingat bahwa kalian, orang-orang sukses itu, adalah orang yang sudah banyak sekali memberikan aku pelajaran hidup. Kalian yang tidak meninggalkanku saat aku sakit, kalian yang meminjamiku catatan kuliah, kalian yang mengajariku berbagi, kalian yang menemaniku kesana-kemari. 
Tanpa menunggu sukses atau entah kapan, detik ini pun aku sudah bangga pada kalian. Orang-orang baik yang pernah berkumpul di tempat baik. Semoga kebahagiaan selalu melingkupi hidup kita, dimanapun kita berada. Jurusan kebidananaaaaaaaaaannn,, biasa-biasa saja tapi mantap!!!!!!