Minggu, 28 Desember 2014

untitled story

Malam itu seusai shalat isya di Asrama Dahlia Barat aku mengenakan jaket dan bersiap pergi. Aku bercermin dan berkata dalam hati. Tempat ini memang sudah banyak berubah tapi tidak ada salahnya aku masih tetap aktif untuk kegiatan non akademik yang berhubungan dengan kampus ini.  Lamunanku tersadar saat adik tngkatku, ketua HMJ Kebidanan periode itu datang ke kamarku.

“ Ayo, Mbak Trias kita berangkat. Teman – teman dari Unwidha sudah menunggu kita.”
Aku pun segera  memakai helm dan pergi bersamanya menuju tempat yang telah kami bicarakan. Aku pikir kami akan menuju ke aula yang biasa dipakai untuk rapat seperti saat dulu, di gedung D kampus Unwdha. Tapi  ternyata aku salah. Kami menuju ke markas KSR, Korps Suka Rela. Di situlah untuk pertama kalinya aku bertemu dengan mereka,  orang – orang yang belum pernah kutemui sebelumnya. Organisasi yang sama, tapi dengan orang – orang yang jauh berbeda. 

Dulu, sektar tiga tahun yang lalu, aku ikut duduk satu meja dengan mahasiswa lainnya untuk membahas organisasi ini, FKMK;  Forum Komunikasi Mahasiswa Klaten. Tapi tidak dengan kondisi seperti kali ini. Dulu kami duduk bersitegang di aula, membahas pembentukan organisasi ini beserta agendanya. Dan aku, entah bagaimana waktu itu merasa menjadi orang yang paling terintimidasi karena statusku sebagai mahasiswa kesehatan semester awal  yang belum paham apa – apa tapi seolah dipaksa untuk memimpin kegiatan sosial yaitu pengobatan gratis dan penyuluhan kesehatan bagi korban pengungsi letusan gunung Merapi, waktu itu, akhir tahun 2010.  Aku merasa ini organisasi yang tidak sehat, memaksa, dan tidak saling bersahabat antar anggotanya. Aku jengah dan menjadi orang pertama yang meninggalkan panji yang belum tegak berdiri itu tanpa sedikitpun niat ikut memperbaikinya.

Tapi berbeda dengan malam ini, kami duduk dalam kebersamaan di tempat terbuka, dan entah mengapa aku merasa cukup dihormati, mungkin karena aku sedikit lebih tua dari beberapa orang di antara mereka. Atau mungkin karena aku bersedia melakukan hal – hal yang bermanfaat bersama mereka.

Dan sejak saat itulah, kehidupanku berubah. Aku bersahabat dengan mereka, membangkitkan organisasi dengan tujuan mulia yang sudah lama tertidur pulas. Berlandaskan niat baik, dan agenda – agenda nyata.  Mulai dari merancang seminar nasional dengan salah satu pembicara ternama, Bapak Anies Baswedan. Kemudian kami mulai fokus dengan kegiatan sosial yaitu rumah singgah Klaten. Banyak kegiatan lain yang kadang antar anggota pun saling pro kontra seperti kegiatan demonstrasi menentang korupsi dan sebagainya,  aksi solidaritas terhadap mahasiswa yang terjerat UU ITE dan masih banyak lagi. 

Aku, secara pribadi tdak melulu 100% setuju dengan setiap kegiatan FKMK, tapi aku 100% yakin bahwa aku sangat beruntung mengenal mereka. Mereka adalah orang – orang hebat yang terbalut dalam kesederhanaan dan persaudaraan. Terutama kawan – kawan FKMK yang aktif berkecimpung di Rumah Singgah Klaten.

Mereka selalu membuatku iri karena mereka telah banyak berbuat, sedangkan aku belum. Mereka membuatku terinspirasi karena bukan hanya meluangkan waktu, tenaga, tapi juga ide, kreativitas, dan tawa tulus untuk rumah singgah yang kini makin berkembang tahap demi tahap. Persahabatan, kekeluargaan yang mereka berikan adalah hal yang sangat mahal yang bisa aku dapatkan. Aku, orang yang sok perfeksionis, arogan, dan penyedih, namun mendapatkan persahabatan yang tulus yang selalu mendorongku untuk selalu lebih banyak berbuat dan bermanfaat. Sejak saat itulah, aku mencintai Kota itu. Kota Klaten. 

Terima kasih kawan – kawan FKMK! Aku akan selalu mengingat lagu yang dinyanyikan hari itu sebagai pelecut semangat kita, generasi muda yang berjanji akan terus berjuang, akan terus berbuat, akan terus mengabdi pada tanah ini, pada negeri ini, Darah Djoeang:

Di sini negeri kami, tempat padi terhampar,
Samuderanya kaya raya, negeri  kami subur Tuhan
Di negeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah, pemuda desa tak kerja
Mereka terampas haknya, tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami, padamu kami mengabdi
Bunda relakan darah juang kami, padamu kami berjanji…