Sabtu, 20 Februari 2016

Hari itu di sekolah

Hari itu di sekolah
Tes uji coba UN telah selesai,
tapi hari masih panjang
Anak-anak sengaja tak diperbolehkan pulang

Hari itu di sekolah,
udara pengap dan listrik padam
membuat orang-orang kian banyak mengeluh

Tapi, hari itu di sekolah
seorang bocah lelaki menemui wali kelasnya
meminta izin untuk pulang lebih awal

Di luar nyaris hujan
ada gabah setengah kering, hasil panen musim ini
minta untuk segera diangkat

Bapak di rumah sedang 'mboten waras'
Terserang stroke, entah sejak kapan
Ibu, kehadirannya sudah lama tidak ia rasakan
tapi itu tak masalah
sebab kepergian Ibu mencari nafkah tidaklah mudah
soal perantauan itu tidak perlu ia berkeluh kesah
sebab akan ada uang lebih yang ibu bawa saat pulang nanti

Sementara gabah-gabah makin resah
Harus ditepikan sebelum hujan datang
sang anak menantikan anggukan wali kelasnya tanda setuju

Anak itu,
bocah lelaki dengan tawanya yang lebar
kulitnya yang hitam bekas sengatan matahari membakar
anak itu bukan bocah yang minder lantaran tak punya
dia, hanya siswa biasa di sekolah pinggiran yang kadang dipandang sebelah mata


Dia adalah anak lelaki yang berteriak As* atau Ma*amu saat berbalas gurauan dengan sebayanya